Di era orde baru, pemerintahan Soeharto merancang program kendaraan bermotor niaga sederhana (KBNS) demi menarik minat usaha kecil dan menengah untuk membeli mobil niaga dengan harga yang murah di zamannya. Salah satu persyaratan agar mobil niaga bisa masuk program ini ialah buatan lokal dan banyak menggunakan sparepart buatan lokal.
Salah satu merek yang tergiur akan program ini ialah Volkswagen. Melalui PT Garuda Mataram Motor dan kerjasama dengan PT Pindad, VW berhasil merilis VW Mitra yang merupakan sebuah pickup yang berbasis VW EA489 yang merupakan basis dari Transporter T2 atau biasa kita sebut disini dengan VW Kombi.
Mitra mengandung 40 persen komponen buatan lokal meliputi karoseri buatan PT German Manufacturing selaku anak perusahaan dari PT Garuda Mataram Motor, hingga sasis buatan PT Pindad.
Dengan banyaknya komponen buatan lokal, maka Mitra dibanderol dengan harga yang lebih murah dari Kombi impor, yakni seharga Rp 1.7 Jutaan. Sebagai perbandingan, zaman itu VW Kombi dibanderol dengan harga mulai dari Rp 3.75 Jutaan.
Dikarenakan sebasis dengan VW Kombi, maka bagian kabinnya terlihat mirip dengan VW Kombi. Namun mesin boxer berkapasitas 1600 cc bertenaga 45 hp yang biasa digunakan dalam Kombi diletakkan di bagian depan sehingga bagian bak di belakangnya dapat didesain bisa dibuka dari belakang seperti kendaraan niaga di Indonesia kebanyakan. Bagian grillnya juga diubah demi menyuplai udara ke mesin yang hanya mengandalkan pendingin udara tersebut.
Namun sayangnya, produksinya tidak bertahan lama karena pada tahun 1978 VW memutuskan untuk menyetop produksi Mitra karena penjualan yang tidak memuaskan serta pailitnya PT Garuda Mataram Motor. Sejak awal rilisnya di tahun 1974, VW hanya dapat menjual Mitra sebanyak 900 unit saja, termasuk ke beberapa instansi pemerintah waktu itu.