Menjelang akhir tahun ini, ada satu kabar menyedihkan yang datang dari Honda. Pasalnya, mobil full elektrik pertamanya, Honda E direncanakan akan disudahi kiprahnya mulai awal tahun depan. Padahal umurnya sendiri belum genap lima tahun sejak pertama kali dirilis ke publik tahun 2020 silam.
Menurut informasi dari beberapa sumber terpercaya, salah satu penyebab dari munculnya rencana suntik mati dari mobil listrik Honda tersebut ialah dikarenakan jumlah penjualan yang benar-benar tidak memenuhi target. Bahkan di negara asalnya, mobil listrik ini tidak begitu digandrungi banyak orang.
Di Eropa saja, penjualannya terus menurun setiap tahunnya. Sebagai contoh pada tahun 2020 mobil listrik tersebut berhasil terjual sebanyak 4078 unit. Kemudian di tahun setelahnya, penjualannya langsung turun ke 3752 unit. Jumlah yang tidak berkesan untuk penjualan mobil listrik di Eropa.
Faktor yang menyebabkan Honda E kurang diterima baik di pasar dikarenakan harganya yang tergolong tidak wajar untuk sebuah mobil listrik mungil. Bayangkan saja, dengan harga $38,000 (Rp 587,3 jutaan) hingga $42,000 (Rp 649,1 jutaan), anda hanya mendapatkan mobil listrik dengan jarak tempuh 220 Km saja. Jika dibandingkan dengan mobil kelas sejenis seperti Mini Electric yang dibanderol dengan harga $30,000 (Rp 436 jutaan) saja, tentunya Honda E bisa dibilang terlalu overprice.
Dikutip dari Carbuzz, satu lagi alasan Honda menyuntik mati Honda e karena adanya strategi baru mereka dalam menjajakan mobil listrik kedepannya. Mereka berencana akan lebih memilih untuk menjual mobil listrik dengan platform SUV dan sedan dibandingkan mobil kecil seperti Honda E..
Di Indonesia Honda e sama sekali tidak dijual. Namun, PT Honda Prospect Motor (HPM) pernah membawa mobil listrik itu untuk riset mobil listrik di Indonesia. Salah satu lembaga yang menerima Honda e adalah Universitas Indonesia.